Minggu, 27 Februari 2011

Nikmati apa yang kamu miliki

Terkadang saya berpikir, apa jadinya bila saya ini bukan saya. Maksud saya, apa jadinya kalau saya menjadi orang lain yang kita anggap lebih baik dari pribadi kita sendiri. Mungkin ini terdengar konyol dan mengada-ngada, namun apa jadinya bila saya menjalani hidup mereka yang bukan merupakan kehidupan saya yang biasa? Dengan keluarga, teman, dan lingkungan yang sama sekali lain dengan kehidupan saya yang sebenarnya? Dan apa yang akan terjadi bila hal tersebut benar-benar berlangsung? akan menyenangkankah? atau justru lebih buruk dari kehidupan asli yang sebelumnya saya lalui?

Tapi, itu hanyalah khayalan saya belaka. Kalau pun hal tersebut benar-benar terjadi, mungkin saya akan merasa kebingungan pada awalnya dan untuk selanjutnya akan menjalani kehidupan itu dengan wajar. Namun, tidak menutup kemungkinan, saya akan terpuruk dan hancur karena tidak sanggup mengikuti arus kehidupan yang sama sekali saya tidak ketahui.

Yang pasti, saat ini yang bisa kita lakukan adalah mensyukuri apa yang telah dikaruniakan tuhan pada kita dan menikmati dan memaksimalkan semua yang dimiliki oleh diri kita. Ada kalanya kita akan merasa iri dengan kehidupan orang lain yang kita anggap -mungkin- lebih baik dari kita, hal tersebut wajar terjadi. Akan tetapi ada baiknya, kita menekan perasaan iri tersebut dan mengalihkannya dengan cara mengeluarkan semua potensi yang kita miliki dengan maksimal. Dan mungkin, dengan melakukan hal tersebut, kita akan mulai mencintai apa yang ada dan dimiliki oleh diri kita sendiri dan tidak lagi menginginkan sosok orang lain menjadi milik diri.

Masa Sekolah Dasar yang mendebarkan

Ketika saya memikirkan hendak menulis apa pada blog yang baru saya buat ini, saya jadi teringat dengan masa-masa saya menduduki bangku Sekolah Dasar. Entah ini bisa dimasukkan sebagai kategori pengalaman yang menyenangkan, menyedihkan, ataupun memalukan. Tapi saya ingin berbagi dengan para pembaca (walaupun sebenarnya yang membacanya baru saya seorang -mungkin- (^^)).

Sebagaimana siswa SD pada umumnya, saya dibesarkan dengan penuh cinta dan kasih dari kedua orang tua saya. Mungkin yang membedakan adalah saya baru berumur lima tahun ketika memasuki gerbang sekolah dasar yang biasanya dimasuki oleh anak-anak yang berumur enam atau tujuh tahun. Sebenarnya, hal ini bukanlah tanpa dasar.

Saya hanya menikmati masa Taman Kanak-kanak hanya delapan bulan saja. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya orang yang mengasuh saya dirumah, sedangkan kedua orang tua saya bekerja. Sehingga saya menikmati masa TK hanya sebentar saja. Setelah memasuki tahun pembelajaran baru, saya langsung dimasukkan ke sebuah Sekolah Dasar Negeri yang berdekat dengan kantor dimana ibu saya bekerja. Dan dimulailah masa Sekolah Dasar saya.

Pada awalnya saya menjalani kehidupan SD saya biasa saja. Namun ketika menginjak tahun ketiga, saya melakukan perbuatan yang cukup membuat orang tua saya malu dan mungkin marah besar.

Sebenarnya, saya tidak bisa mengingat dengan jelas akan peristiwa tersebut, tapi yang pasti kejadian itu telah merubah saya menjadi seseorang yang tertutup, khususnya pada kedua orang tua saya.

Gambaran akan peristiwa ini yang saya ingat adalah saya mengobrak-abrik kelas serta berteriak-teriak dan menangis seperti orang kesurupan. Semua orang pergi menghindari saya dan saya terus melakukan perbuatan itu hingga tenaga dan napas saya hampir habis, dan mulai mereda dengan sendirinya. Jujur saja, ketika peristiwa tersebut selesai terjadi dan saya kembali kerumah, saya tidak ingat apa alasannya saya melakukan hal yang demikian. Tapi satu hal yang saya ingat adalah, mama memasang ekspresi kecewa yang sangat, pada saya ketika beliau menasehati dan sedikit menggertak saya dengan kata-kata lembut, namun tajam. Hal tersebut membuat saya ketakutan setengah mati dan tidak berani lagi melakukan hal-hal ajaib yang dapat memicu kemarahan orang tua saya seperti hal tersebut, khususnya mama.

Hingga beberapa tahun kemudian kejadian itu tidak pernah saya lupakan, walapun pada dasarnya saya sangat ingin melupakannya. Suatu ketika saya dan mama ngobrol, membicarakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan peristiwa tersebut. Namun, entah kenapa akhirnya menyerempet ke masalah itu. Dari pembicaraan tersebut akhirnya saya mengetahui alasan kenapa saya melakukan hal demikian. Waktu itu, ternyata saya dituduh melakukan perbuatan tercela yang tidak pernah saya lakukan dan hal tersebut memicu emosi saya dan akhirnya saya tak dapat menahan kekesalan saya dan meledak begitu saja. Alhasil, saya berbuat hal yang demikian.

Entah apa yang merasuki saya, sehingga saya yang pada saat itu baru berumur delapan tahun dapat melakukan hal yang demikian. Aneh memang, tapi itulah kejadian yang pernah saya alami dan menjadi pelajaran yang sangat berharga sepanjang hidup saya.

Memulai yang belum dimulai

Ketika kita tak sanggup menuangkan perasaan atau masalah melalui lisan, kita dapat mengambil pena dan kertas dan mulai menuliskan perasaan kita diatasnya.

Mungkin itulah yang mendasari saya membuat blog ini. Walaupun pada dasarnya saya tidak bisa menulis sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar, tapi saya berusaha untuk menuangkannya secara apik.

Saya termasuk kategori orang yang tertutup dan kurang bisa mengungkapkan apa yang saya khawatirkan, yang saya inginkan, atau yang saya tidak sukai pada orang lain. Oleh karena itu, saya mengambil pilihan untuk mulai menulis, agar saya bisa membagi semua kegundahan atau kebahagiaan saya melalui tulisan yang akan saya buat. 

Semoga tulisan saya tidak mengganggu siapapun yang membacanya dan dapat memberikan inspirasi bagi para pembacanya. Amin.


With Love,

Ran Edogawa